Assalamualaikum wr wb
Salam sejahtera untuk kita semua
Berjumpa kembali dengan postingan kami kali ini yang berisi tentang SEJARAH KEBUDAYAAN PENCA BAGIAN II.Tulisan ini merupakan lanjutan tulisan sebelumnya yang berjudul SEJARAH KEBUDAYAAN PENCA BAGIAN I
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kita semua.aamiin.
SEJARAH KEBUDAYAAN PENCA BAG.2
3. Sabandar.
Yang memiliki penca Sabandar yaitu namanya Muhammad Kosim, tinggalnya di
kampung Sabandar Cianjur.
Beliau masih berasal dari pagar Ruyung, jadi dengan BangMadi masih satu
kampung halaman, hanya tidak bersamaan saja pada saat pergi meninggalkanPagar
Ruyung. Bang Madi lebih dulu.
Mengapa dikenal dengan Ama Sabandar, sebab beliau adalah orangyang dituakan,
bukan hanya oleh orang Sabandar saja, namun oleh hampir semuaorang Cianjur,
disebabkan baik budi perangainya, dan hampir semua orang punmemanggilnya Ama
saja.
Penca Sabandar dengan Cikalong jika dilihat sekilas hampir sama,karena yang
membawanya juga sama sama berasal dari Pagar Ruyung, hanya bedasedikit sedikit
saja, sementara dari segi “tangtungan” (kuda kuda) dan Pasanganhampir tidak ada
bedanya.
Lantas dari segi apa bedanya….?
Di sini tidak bisa diperlihatkan dengan sekedar tulisan,sebab tidak akan
terlalu jelas, harus praktek dulu, dijalani (belajar) keduaduanya, baru bisa
membedakan yang sebenarnya.
Murid Ama Sabandar yang pernah belajar kepada beliauterhitung banyak, sebab
siapa saja yang bermaksud belajar kepada beliau diterima, hanya saja dalam
mengajarnya “bengis”, seperti yang diambil “bosan”nya,mau ya sukur tidak
terserah. Itulah sebabnya mengapa murid muridnya langka yangtamat belajarnya,
sebab keburu bosan. Namun meskipun begitu jika ada murid yangterlihat Khusyu’
belajarnya, dan adat istiadatnya bagus, punya bakat selalu maumengalah, dalam
mengajarnya sering diteruskan dengan rahasia rahasianya, namuntidak banyak
murid murid beliau yang dipercaya begitu, hanya satu dua saja.
Sebelumnya Ama Sabandar datang ke Cianjur, dahulu pernah berkisah,yang
menurut dongeng beliau seperti ini:
“Ama berasal dari Pagar Ruyung, hoby dari kecil bermain perahudi Sungai
Batang Hari. Setelah dewasa bermain perahu semakin jauh, terkadang
sampai ke muara sungaiBatang Hari, menumpang dengan yang mengangkut barang
untuk dimuatkan ke kapal.Di kapal Ama sangat senang melihat Matros matros (ABK)
yang sedang bekerja,sehingga akhirnya berbicara kepada Kapten ingin
diterima menjadi Matros, serta kebetulan sekali diterima. Semenjakitu Ama
menjadi Matros , serta sering berlayar ke pulau pulau di tanah Hindia.
Pada Satu waktu kapal berlayar ke Palembang, dari Palembangterdapat kurang
lebih 30 orang yang menumpang, maksudnya hendak ke Banjarmasin.Sewaktu berlayar
dekat pulau Belitung kurang lebih pukul 9 malam, diantara parapenumpang
tersebut, rupanya terdapat kepalanya berbicara kepada teman temannyayang lain,
ujarnya : “ Hey, kita bermain sambil menunggu waktu tidur, cobadiantara rekan
rekan kita siapa yangyang bisa menusukkan keris ini kepada ku; Jika kena
atau mencelakai, aku beriupah 100 ringgit, nih duitnya, nih kerisnya.” Sambil
melemparkannya ke hadapan rekanrekannya. Ketika itu Ama sedang tiduran
istirahat di Palkah atas, mendengar adayang berbicara begitu, apalagi di beri
upah 100 ringgit begitu, Ama merasatertarik, kemudian turun, sambil berkata bahwa
Ama sanggup mencelakai orang tersebut. Tapi orang tersebutberkata :
“ Ah bukan sama kamu, aku hanya kepada rekan rekanku.”
Akhirnya Ama tidak jadi, kemudian kembali ke atas palkahmaksudnya untuk
beristirahat kembali.
Ketika Ama sedang beristirahat di Palkah atas, si Kepalaorang Palembang
lantas berkata lagi kepada rekan rekannya, ujarnya : “Jikabukan di kapal dan
bukan matros, mungkin di hajar; cukup bagiku untuk melawan 2sampai 3 orang
sepantaran begitu.” Mendengar omongan seperti itu Ama tak tahan,terus ganti
berpakaian biasa, turun menghampiri orang Palembang tersebut, Kata Amasambil
menginjak sekantung uang yang tadi dilemparkan; “ Sekarang bukan kamuyang
ditusuk, tapi aku sama kamu; jika kamu tidak bisa menusukku, uang initidak akan
dikembalikan sama kamu.”
Si Kepala orang Palembang tersebut secepat kilat mengambilkerisnya dan
menusukkannya kepada Ama, namun oleh Ama selalu dihindari hinggadia kelelahan,
kemudian setelah kelelahan menyerang Ama dengan tusukankerisnya, selanjutnya
keris itu direbut oleh Ama, dilemparkan ke tempat yangjauh. Setelah kerisnya
dilempar, Dia menubruk kepada Ama sambil mengambil uang yangAma injak; oleh Ama
di pegang kepalanya, diadukan dengan lutut kaki yang sedangmenginjak uang;
saking kerasnya dia menubruk dibantu dengan tenaga kejut(nyentok), kepalanya di
adukan dengan lutut, hingga mukanya penyok melesak kedalamlutut Ama, serta
meninggal seketika.
Rekan rekannya ricuh langsung mengeroyok Ama, hanya saja Amakeburu loncat ke
atas palkah kapal, serta uang yang 100 ringgit dibawa,menurunkan sekoci, di
ikuti dengan meloncat ke atas sekoci terus didayung kaburse jauh jauhnya.
Dikarenakan Gelap, Ama tidak tertangkap, besoknya menepi kepesisir bawahan
Lampung, dari Lampung terus kabur ke Batawi. Di Batawi usaha dibidang Jual
Kuda, uang yang 100 ringgit dipakai modal, karena uang yang takjelas, di pakai
usaha juga bukannya untung malahan habis.
Ama kemudian pergi lagi dari Batawi berniat untuk mengembarakemana saja kaki
melangkah, akhirnya sampai ke sini (ke Cianjur).
Disini Ama menemukan jodoh, memiliki rumah di kampung Sabandar,serta punya
perusahaan memproduksi dan berdagang ‘Kue Cara” ; berkah pun agakberjodoh
dengan usaha tersebut, buktinya bisa hidup seperti ini, selain itubisa memberi dan
membuat kebaikan untuk tetangga.
Diantara tetangga Ama ada satu tukang penca, namanya AtengKadri, asal orang
Jatinagara. Beliau sering main ke rumah Ama mengajak bermainmain bersambung
(penca), sebab di sangka Ama orang betawi, tentu bisa penca.Awalnya oleh Ama
tidak digubris, hanya beliau terus datang lagi datang lagimengajak tandingan.
Dikarenakan dengan Ama sudah lama akrab, ya satu waktu diladeni saja.
Kejadiannya beliau tidak kuat, tidak bisa masuk kepada Ama.Akhirnya terus
berguru kepada Ama. Setelah beberapa waktu, datang silihberganti yang lainnya
hendak berguru kepada Ama seperti : Juragan Rd. H. MoehAmadMoesa, Juragan Rd. H
Moehamad Enoh (ayahnya Juragan Hoofd-Penghulu Cianjur yangkeduanya telah
menerima pengajaran dari Juragan H. Ibrahim, maksudnya bergurukembali kepada
Ama, supaya tambah ilmu mengenai urusan penca).
Selain itu masih banyak para priyayi di Cianjur yang inginberguru kepada
Ama. Hanya saja tidak diterima semua, yang terlihat berperangaidan tingkah
lakunya tidak berkenan di hati Ama, tidak diladeni.”
Begitulah ringkasnya perkataan Ama Sabandar dalammenceritakan kisahnya.
Diceritakan pada jaman itu di Cianjur terdapat Guru Tarekatyang termasyhur,
dikenal dengan Ajengan Cirata. Banyak kiayi kiayi yang bergurutarekat kepada beliau,
bahkan Ama Sabandar juga ikut berguru, serta termasukkepada santri yang paling
setia. Ajengan Cirata beserta kiayi kiayi yanglainnya pada berguru penca kepada
Ama Sabandar, sejak itulah di Cianjur banyaksekali kiayi kiayi yang bisa dengan
penca Sabandar.
Dimana terdapat kampung yang kurang Aman oleh Ajengan Ciratadidirikan
Pesantren, hingga kampung tersebut Aman, tidak ada penjahatpenjahat
dikarenakan takut kepadanya. Lamakelamaan Ajengan Cirata pindah ke Purwakarta,
bahkan Ama Sabandar juga turutserta pindah ke Purwakarta. Di Purwakarta Ama
Sabandar mengajarkan Penca, hanyasangat lah selektif dikarenakan menurutnya
pada masa itu di purwakarta kurangbegitu Aman. Murid murid di Purwakarta yang
telah di sebut piawai yaitu Rd.Abdurrahman dikenal Rd. Abu, Rd Natapura dengan
Rd Djenal, waktu itu PenghuluNaib Sindangkasih (Purwakarta).
Pada waktu itu Kanjeng Dalem Purwakarta Sedang hoby denganberburu,
terutamanya berburu harimau, pawang penangkapnya yaitu Ama Sabandar.Pada waktu
itu Ama Sabandar sering ditandingkan dengan hariAmau tersebut.Istrinya Ama
Sabandar yang di Purwakarta wafat, beliau memiliki isteri lagikepada orang
Wanayasa, yaitu Kakaknya Rd. Sasmita dikenal Ama Agen, bahkan beliau pun
tinggal di Wanayasa saja, hinggawafatnya tahun 1886, serta tidak memiliki anak
sama sekali.
Ketika Ama Sabandar di Purwakarta, ada satu kejadian orangBugis makasar yang
mengamuk lantaran cemburu.
Karena mengamuk didalam rumah serta mengunci diri, maksudnyayang pertAma
kali hendak dicelakai lebih dulu adalah isterinya sendiri, bahkanketika itu
sedang menjerit jerit karena di ikat terlebih dahulu oleh orangBugis tersebut.
Tangan kanan Orang Bugis tersebut memegang gobang, gagangnyadiikatkan pada
pergelangan tangan dengan tali, supaya tidak lepas seumpAmadirebut orang lain,
sedang tangan yang kiri memegang tumbak, itu pun diikatkanpada pergelangan
tangannya.
Tentu saja orang orang sekampung rebut laporan kepadapemerintah, bahwa ada
yang mengamuk. Secepatnya di datangi oleh para ponggawayang hendak
menangkapnya.
Ketika datang tidak bisa masuk, sebab dikunci lagi pulatidak ada yang berani
memasukinya, dari melihat (diintip dari sela sela dindingbilik) di rumahnya
sedang bersiap siap menunggu yang masuk hendak dibinasakan. Akhirnya
Kanjeng Dalem memerintahkankepada Ama Sabandar, supaya orang Bugis tersebut di
tangkap, itu pun seandainyabisa di tangkap hidup hidup.
Ama Sabandar merasa keberatan jika orang bugis tersebutharus ditangkap hidup
hidup, hanya menyanggupi bagaimana buktinya nanti.
Karena rumahnya dikunci, Ama Sabandar masuk memalui dapur,dengan membuka
bilahan bambu penguat sisi dinding bilik selanjutnya masuk,kemudian untuk
menjaga apabila yang sedang mengamuk tersebut keluar, bilah bambutersebut
diperintahkan untuk dipaku kembali supaya dinding bilik tersebuttertutup rapat
kembali.
Di dapur selanjutnya Ama sabandar menyalakan perapian, yangdimaksud supaya
orang bugis tersebut menghampiri dan menyerang kepada beliau;Beliau meniup
perapian dengan songsong (batang bambu bolong untuk meniupperapian) dengan
kencang sehingga suaranya terdengar nyaring, tujuannya supayaterdengar oleh
orang Bugis tersebut.
Tatkala mendengar Ada orang dan suara tiupan melalui songsong(batang bambu
bolong untuk meniup perapian), orang Bugis tersebut muncul didapur, Ama
Sabandar disabet oleh gobang kemudian ditusuk oleh tumbak daribelakang, sebab
pada saat itu Ama Sabandar sedang membelakangi.
Oleh Ama Sabandar di tepiskan gobang beserta tombaknya. Sehinggabadan Orang
Bugis menjadi menempel memeluk di punggung Ama Sabandar, sedang kepalanyaberada
di atas pundak Beliau.
Saking cepatnya gerakan Ama Sabandar, saat itu juga orangbugis tersebut
kepalanya di putar hingga wajahnya terbalik ke belakang. Setelahmati kemudian
di serahkan kepada politie.
Pada Waktu itu Juragan H. Ibrahim masih muda, begitu juga AmaSabandar belum
datang ke tanah Cianjur.
Diceritakan di Onderdenning Kasomalang (Subang : Pent) kirakira perjalanan
setengah hari dari Wanayasa, tuan Tanahnya Suka memelihara sapiperah. Pada
waktu itu tuan tanah seringkali merasa jengkel karena tiap malamseringkali ada
harimau lodaya yang menerkam sapinya. Pada suatu hari, pagipagi waktu pegawai
tuan tanah tersebut hendak memerah sapi, ada harimau lodayamasuk ke dalam
kandang sapi, kemudian menerkam anak sapi dengan tanpamenghiraukan orang orang
yang berada di sana.
Harimau itu kemudian membawa anak sapi tersebut menuju “Sedong” yang berada
pada satu “parigi” di sisi tegalan tempat penggembalaan.
Si Bujang tukang perah tersebut kemudian lapor bahwa adakejadian seperti itu
kepada majikannya, seterusnya majikannya kemudianmengumpulkan orang orang untuk
mengepung harimau tersebut, sambali membawaberbagai senjata, ada yang membawa
tumbak, ada yang membawa bedil (senapan),namun harimau tersebut tidak mau
keluar, diam saja dalam “sedong” sambilmenerkam anak sapi tadi.
Tuan tanah berteriak memerintahkan untuk mendekati “sedong”namun tidak ada
satu pun yang berani, mengingat harimau yang begitu besarnyadan terlihat nekat.
Tuan tanah merasa bingung, kemudian membuat sayembara,baarangsiapa yang bisa
merobohkan harimau tersebut akan diberi imbalan 10ringgit beserta seperangkat
pakaian, namun semua yang berada di sana tidak adasatu pun yang berani.
Dikisahkan ada seseorang yang memberitahu tuan tanah bahwadi Wanayasa ada
seorang Pawang yang seringkali di tandingkan dengan Harimau,namanya Ama
Sabandar.
Saat itu juga Tuan tanah tersebut memerintah untukmengundang Ama Sabandar
dengan menggunakan kuda.
Pada waktu itu yang hendak di undang sedang jalan jalan dipekarangan rumahnya,
Menggunakan sarung, berpakaian baju takwa model kebaya.
Tatkala Ama Sabandar mendengar permintaan Juragan Tuan Tanahtadi, tidak
perlu masuk rumah dulu, sebab harus berangkat saat itu juga,kemudian langsung
naik menunggangi kuda di pacu menuju ke Kasomalang.
Sesampainya di Kasomalang kemudian menemui Tuan tanah, sertasetelah berembug
perkara upah dan memeriksakan hal ini dan itu, Ama Sabandarberangkat ke tempat
hariamau berada, hanya saja sebelum bertindak beliaumemastikan dahulu
barangkali Tuan tanah tersebut memiliki Tombak.
Ujar Tuan tanah : “Ada, tapi kecil”
Ujar Ama Sabandar : “ tidak mengapa, kecil juga”
Selanjutnya Tombak diambil oleh beliau.
Ketika datang ke tempat harimau berada, kemudian melihatlihat, namun tidak
Nampak terlihat; beliau merasa curiga, kalau kalau harimautadi menyerang
membokongi, akhirnya loncat ke sebelah sisi parit seberangsedong tempat
persembunyian harimau tadi. Oleh beliau terlihat harimau di dalamsedong,
kemudian di tepuki sambil melambai lambaikan tangan. Harimau merasaterganggu,
kemudian muncul dari dalam sedong sambil mengaum, serta bersiap siaphendak
menerkam musuhnya.
Oleh Ama Sabandar terus di soraki, sambil bertepuk tepuktangan, yang
dimaksud supaya harimau loncat menerkam dirinya, namun harimautersebut enggan,
bahkan hanya menyeringai memperlihatkan taring dan giginya.
Karena harimau tersebut enggan untuk menerkam, selanjutnyaoleh beliau
dilempar dengan tombak; tombak oleh harimau tersebut ditangkis,terlempar
kembali ke hadapan Ama Sabandar, dengan kondisi bagian yang tajamsudah bengkok.
Ama Sabandar merasa jengkel, kemudian beliau meloncat hendakke sisi sebelah
lain mendekati harimau tersebut, namun ketika baru sajameloncat, harimau
tersebut langsung menyambutnya dengan terkaman, hinggaditengah tengah parit
berhadapan. Oleh Ama Sabandar terlihat sekilas bagianperut harimau yang
berwarna putih, tidak tanggung tanggung secara tiba tibalangsung di tending.
Saking kerasnya tendangan harimau terlempar kembali lagi ketempat asal,
beliau juga terlempar kembali ke tempat semula.
Harimau menyeringai, Oleh Ama Sabandar kembali di sorakidengan bertepuk
tepuk sambil melambai lambaikan tangan, namun enggan untukmenerkam lagi, dari
sana kemudian beliau meloncat mendekati harimau; yangdihampiri menerkam namun
dihindari dengan elakan oleh beliau, di tangkapekornya, kemudian di putar putar
selanjutnya dilemparkan ke tegalan, di susulkembali oleh beliau.
Sesampainya di tegalan harimau menerkam kembali, oleh beliaudibuang
(digiwarkeun) serta di tangkap paha belakangnya. Harimau mencakar kebelakang,
oleh beliau di sodorkan paha sebelah kanan, tentu saja cakaran taimengenai
pahanya sendiri, mencakar ke sebelah kiri, di sodorkan paha sebelahkanan, tentu
saja senjata makan tuan.
Setelah agak lama di permainkan, kemudian harimau tersebutdi dorong ke
depan, serta saking kerasnya yang mendorong harimau itu laksanakucing yang tak
berdaya, hingga mengelinding laksana bola.
Harimau semakin geram, kemudian menerkam lagi, oleh Amasabandar di tangkap
moncong sebelah bawah, kebetulan sebelah yang kosong tidakbergigi, kemudian
dipermainkan kembali. Harimau mencakar ke depan kemudian dicentok (dikejut)
moncongnya ke bawah, tentu saja maung tersungkur ke bawah,tidak jadi mencakar
lantaran keburu merasakan sakit. Sedang kepalanya hendakberadu dengan tanah,
hal ini berlangsung terus menerus beberapa lama.
Diceritakan, orang orang yang mengelilingi menyaksikan,merasa tidak sabar
saking ketakutannya, khawatir seandainya harimau tersebutlepas, kemudian
mengamuk kepada orang orang yang berada di sana. Diantara orangorang yang
menyaksikan peristiwa tersebut ada yang berteriak :” Jangan dipermainkan..!”
apakah tidak tahu itu harimau..!!! bukan kucing…!!! Cepat bunuhh!!!.
Oleh Ama Sabandar terdengar, selanjutnya kepala harimaulangsung di pukul sambil
membacakan : “ Hadir ya Ali…!!!!.”
Prakkk!!!! Kepala harimau tersebut remuk , isi otaknyamuncrat, seketika
terbujur menjadi bangkai.
Diiringi dengan sorakan orang orang. Ama Sabandar di angkatdi elu elukan
dihadapkan kepada Tuan Tanah tadi.
Oleh Tuan Tanah di beri ucapan terima kasih sambil di berihadiah uang 10
ringgit, satu stel pakaian, seekor kuda untuk dgunakan beliaupulang ke
Wanayasa.
Penyebarannya
Penca Sabandar menyebarnya di Cianjur, jadi di Cianjur susah dibedakan mana
penca Cikalong, dengan mana Penca Sabandar, sebab masih sebulu (satu
rumpun). Hanya dalam jurusnya apabila belajar dengan rupa rupa penca
kemudian di teliti satu persatunya baru akan ketemu, ini Sabandar, Ini
Cikalong, ini Cimande.
Sabandar dalam sikap pasang hampir seperti tidak sedang melakukan pasang,
seperti yang berdiri biasa saja, atau ada juga yang pasang serong,sebab
sebagian besar serong.
Ama Sabandar dalam mengajarnya tidap pernah sama, mengukurbagaimana orangnya
saja.
Jika orangnya berbadan kecil, diberi yang baris (langkah)pelit, sedang yang
besar diberi yang seimbang dengan besarnya.
Di purwakarta dan di Wanayasa hampir hilang, hanya pencaSabandar tahu,
rupanya di dua tempat tersebut tidak begitu terlalu suka atautidak diberikan
oleh Ama Sabandar, dengan pertimbangan kurang perlu, sebab manamungkin jika
tidak mau belajar.
Begitu juga muridnya yang terhitung bisa di Wanayasa. AmaWekling, kesini
kesininya Juragan Sutawijaya dengan Ama Agen, tidak menyebarkanlagi, hanya
sekedar untuk sendiri saja.
Sebisa mungkin yang diharapkan Penca Sabandar ini semakinmaju, jangan
berkurang, seperti Cikalong dengan Cimande.
Namun sejatinya penca yang berasal dari Cianjur sekarang,Cikalong dicampur
Sabandar, hanya saja yang belajar maupun yang mengajarnyajuga tidak mengetahui,
mana jalan Cikalong dengan mana Sabandar.
Sebab yang mengajar Sebagian besar anak anak muda.
Jangan kaget jika kita belajar dari orang Cianjur, Cikalong,Bandung, namanya
sama, namun pada prakteknya bermacam macam; itu tiada lainkarena sudah bercampur
aduknya Cikalong dengan Sabandar.
Pendek kata sumber mata airnya penca itu adalah tanah Cianjur.
Oleh sebab itu sering terkenal dengan istilah nama tempatnya,yang oleh anak
anak muda sering disebut “Cianjuran”
Yang menyebutkan penca apa saja, tidak masalah, yang pentingasal penca yang
menggunakan rasa dengan gerak, itu asalnya dari tanah Cianjur,ke sana nya dari
Pagar Ruyung Sumatera Tengah.
Orang tanah Cianjur, sering benar benar (junun, profesional) dalam
segalahalnya, dalam hal kepintarannya unggul, maupun dalam hal bodohnya
tidakmengerti Alif bengkok sama sekali (tidak bisa membaca). Dalam kebaikannya
jadi "Holidi", Dalam Hal jahatnya tidak kepalang tanggung, dalam
tembang penca, dalamsegala hal apa saja seringkali selalu sampai derajat
masternya. Begitu jugasebaliknya. Itulah kenapa ada istilah Sunda “ CIANJUR
KATALANJURAN”(Terlanjur).
Oleh karena itu susah mencari tanah yang segala ada sepertidi tanah Cianjur.
Kita apabila lama mengembara di tanah Cianjur, sering padabertanya, coba
bagaimana pencanya, ngajinya, mamaosnya (kawih), itu hampir disemua tempat
sudah biasa seperti itu (sudah menjadi adat).
Pesan bagi semua yang sedang atau sudah belajar penca, jangan sampai
menyimpang dari wejangan gurunya, seperti: Coba coba menantang, banyak tingkah,
di jalan jalan, di tempat umum, sebab kurang bagus terlihatnya.
Biasanya bagi yang belajar penca, jika baru belajar, seringkali ingin
terlihat oleh orang lain (sombong) , bahwa saya bisa penca, berani kepada siapa
saja, kecuali gurunya, bahkan sudah merasa cukup punya ilmu. Hal ini perlu di
jaga sekali, sebab akan tidak akan sampai mahir dalam belajar terus.
Adapun perkara ilmu penca tidak akan pernah selesai, hanya akan selesai
dengan mati, orang akan selamanya belajar saja.
Jika seseorang telah memiliki pemahaman yang tinggi, akan menjadi
sebaliknya, senantiasa hati hati dalam bersikap, jika ada apa apa gimana
nantinya.
Jadi umpama kita telah belajar, kita bisa menilai, seseorang masih tingkat
bawah atau baru belajar, atau telah mencapai tingkat tinggi, menurut
keadaannya.
Begitu juga bagi orang yang bagus ngibingnya, itu juga tidak menjadi
patokan, bahwa orang tersebut amat jago urusan pencanya. Melainkan Itu hanya
sekedar bagus dalam ibingnya saja.
Oleh karena itu amat lah sulit untuk menilai seseorang mana yang pintar, dan
mana yang masih tingkat bawah dalam urusan penca.
Seumpama sudah bersambung, barulah kita bisa menentukan seseorang itu lebih
tinggi dari kita, seimbang, atau lebih bawah dari kita.
Pada sebagian orang yang mengerti, meskipun tingkatnya lebih atas, tidak
pernah mau berusaha menjatuhkan, namun hanya sekedar di ajak bermain saja,
namun kita barangkali akan mengerti dan terasakan, bahwa orang ini tingkatannya
lebih tinggi, sebab semua kekuatan dan serangan kita tertutup, tidak bisa
masuk, tentu saja orang tersebut jangan dianggap seimbang kemampuannya dengan
kita.
Bagi orang yang suka ngibing penca, di minta kepada yang menyukai dengan
ibing penca dalam hal pakaiannya, dalam ngibing sebisa mungkin jangan merobah
ciri khas sunda (kasundaan), namun harus berdasarkan yang semestinya pakaian ki
sunda tulen, sebab dari jaman dulu juga tradisi sunda (ki Sunda) begitu, hanya
tidak boleh memakai potongan, atau celana komprang pada waktu ngibing.
Pada khaulan jaman dahulu biasanya yaitu
Baju kampret putih yang bersih, celana sontog, atau celana pendek sampai
lutut, udeng, dengan samping tenun di lilitkan sebagai sabuk di pinggang, di
dalam atau di luar baju tidak masalah.
Supaya tidak keliru bagi yang sedang belajar, berikut dijelaskan pakaian
pakaian yang biasa di pakai untuk penca.
Kuntau : Baju hitam (tuwikim), celana komprang hitam, dikerepus cara batok
hitam, sepatu tiongkok.
Dikarenakan kerepus cara batok, di pulau jawa tidak ada, akhirnya diganti
oleh sapu tangan (diteregos).
Dandanan seperti ini hampir oleh semua generasi sunda yang belum tahu,
dipakai pada waktu ngibing penca, rupanya amat diperlukan sekali. Bedanya hanya
tidak memakai sepatu tiongkok saja.
Disarankan bagi yang menyukai dengan penca sunda, pakaiannya juga harus
sesuai, Jangan penca Cikalong, jika pakaian kuntau atau sebaliknya. Ini bukan
berarti melarang, namun menurut pikiran begitu seharusnya. Rasa sunda, pakaian
Sunda, Penca Sunda, Orangnya Sunda, itu semua yang harus dipikirkan oleh putra
putra Sunda.
Bahkan jika belum tahu, di Batawi (tanah melayu) jika mau ngibing penca
begini:
“ Pake kopiah, celana hingga lutut warna putih, baju kampret putih, samping
polekat (sarung) di kalungkan di leher, menjuntai ke depan, (perlunya sarung ke
depan untuk menangkap senjata yang tajam, begitulah orang melayu, kuat dengan
tradisi leluhur Sunda jaman embah kahir).
Dalam hal pakaian pada pada saat ngibing, meskipun sudah disebutkan
sebagian, bagi orang yang menyukainya bukan masalah, hanya saja bagusnya memang
begitu, menurut pendapat para ahli juga begitu seharusnya, bahkan bila belum
tahu yang disebut namanya dalam buku ini pakaiannya juga kabaya gobrah, dililit
cimpo mata dam, tinun cele besar, celana sontog poleng.
Penutup
Pesan bagi semua yang sedang atau sudah belajar penca, jangan sampai
menyimpang dari wejangan gurunya, seperti: Coba coba menantang, banyak tingkah,
di jalan jalan, di tempat umum, sebab kurang bagus terlihatnya.
Biasanya bagi yang belajar penca, jika baru belajar, seringkali ingin
terlihat oleh orang lain (sombong) , bahwa saya bisa penca, berani kepada siapa
saja, kecuali gurunya, bahkan sudah merasa cukup punya ilmu. Hal ini perlu di
jaga sekali, sebab tidak akan sampai mahir dalam belajar terus.
Adapun perkara ilmu penca tidak akan pernah selesai, hanya akan selesai
dengan mati, orang akan selamanya belajar saja.
Jika seseorang telah memiliki pemahaman yang tinggi, akan menjadi
sebaliknya, senantiasa hati hati dalam bersikap, jika ada apa apa gimana
nantinya.
Jadi umpama kita telah belajar, kita bisa menilai, seseorang masih tingkat
bawah atau baru belajar, atau telah mencapai tingkat tinggi, menurut
keadaannya.
Begitu juga bagi orang yang bagus ngibingnya, itu juga tidak menjadi
patokan, bahwa orang tersebut amat jago urusan pencanya. Melainkan Itu hanya
sekedar bagus dalam ibingnya saja.
Oleh karena itu amat lah sulit untuk menilai seseorang mana yang pintar, dan
mana yang masih tingkat bawah dalam urusan penca.
Seumpama sudah bersambung, barulah kita bisa menentukan seseorang itu lebih
tinggi dari kita, seimbang, atau lebih bawah dari kita.
Pada sebagian orang yang mengerti, meskipun tingkatnya lebih atas, tidak
pernah mau berusaha menjatuhkan, namun hanya sekedar di ajak bermain saja,
namun kita barangkali akan mengerti dan terasakan, bahwa orang ini tingkatannya
lebih tinggi, sebab semua kekuatan dan serangan kita tertutup, tidak bisa
masuk, tentu saja orang tersebut jangan dianggap seimbang kemampuannya dengan
kita.
Bagi orang yang suka ngibing penca, di minta kepada yang menyukai dengan
ibing penca dalam hal pakaiannya, dalam ngibing sebisa mungkin jangan merobah
ciri khas sunda (kasundaan), namun harus berdasarkan yang semestinya pakaian ki
sunda tulen, sebab dari jaman dulu juga tradisi sunda (ki Sunda) begitu, hanya
tidak boleh memakai potongan, atau celana komprang pada waktu ngibing.
Pada khaulan jaman dahulu biasanya yaitu
Baju kampret putih yang bersih, celana sontog, atau celana pendek sampai
lutut, udeng, dengan samping tenun di lilitkan sebagai sabuk di pinggang, di
dalam atau di luar baju tidak masalah.
Supaya tidak keliru bagi yang sedang belajar, berikut dijelaskan pakaian
pakaian yang biasa di pakai untuk penca.
Kuntau : Baju hitam (tuwikim), celana komprang hitam, dikerepus cara batok
hitam, sepatu tiongkok.
Dikarenakan kerepus cara batok, di pulau jawa tidak ada, akhirnya diganti
oleh sapu tangan (diteregos).
Dandanan seperti ini hampir oleh semua generasi sunda yang belum tahu,
dipakai pada waktu ngibing penca, rupanya amat diperlukan sekali. Bedanya hanya
tidak memakai sepatu tiongkok saja.
Disarankan bagi yang menyukai dengan penca sunda, pakaiannya juga harus
sesuai, Jangan penca Cikalong, jika pakaian kuntau atau sebaliknya. Ini bukan
berarti melarang, namun menurut pikiran begitu seharusnya. Rasa sunda, pakaian
Sunda, Penca Sunda, Orangnya Sunda, itu semua yang harus dipikirkan oleh putra
putra Sunda.
Bahkan jika belum tahu, di Batawi (tanah melayu) jika mau ngibing penca
begini:
“ Pake kopiah, celana hingga lutut warna putih, baju kampret putih, samping
polekat (sarung) di kalungkan di leher, menjuntai ke depan, (perlunya sarung ke
depan untuk menangkap senjata yang tajam, begitulah orang melayu, kuat dengan
tradisi leluhur Sunda jaman embah kahir).
Dalam hal pakaian pada pada saat ngibing, meskipun sudah disebutkan
sebagian, bagi orang yang menyukainya bukan masalah, hanya saja bagusnya memang
begitu, menurut pendapat para ahli juga begitu seharusnya, bahkan bila belum
tahu yang disebut namanya dalam buku ini pakaiannya juga kabaya gobrah, dililit
cimpo mata dam, tinun cele besar, celana sontog poleng.
Penutup
Penutup saya, terimakasih banyak kepada siapa saja yang membaca paparan ini,
mohon maaf yang sebesar besarnya jika dalam segi bahasanya begitu kacau (pabaliut),
maklum seumur hidup baru belajar mengarang, namun ini dikarenakan saking
tertariknya oleh cengengnya kemauan ingin mendorong menunjukkan kepada umum,
kepada seluruh orang sunda khususnya, bahkan jadi penggugah, mau melihat diri
pribadi, melihat masa yang telah lalu.
Sepengetahuan saya, umumnya kaum muda terpelajar di jaman sekarang sudah
tertarik oleh kebangkitan produk negara luar, seperti kaum muda di kota kota
bagaimana tertariknya dengan melihat atau mendengar luar biasanya Tarzan,
Tommix dan sebagainya. Atau kesini kesini oleh jago jago boksen dari negara
lain, hingga barangkali jika bisa ingin meniru segala rupanya, pakaian
tingkahnya, gayanya (legegna), gerak geriknya ingin meniru. Hingga oleh
sebagian gambar photonya nya juga dikumpulkan di simpan apik. Dalam hal ini
bukan bermaksud mencela dengan keadaan yang disebutkan seperti itu, jauh dari
pikiran itu, sebab meskipun kemajuan mana saja apabila betul menirunya disertai
dengan betul betul mampu, tetap akan menjadi kebaikan; dalam pengantar tulisan
ini juga telah disebutkan bahwa semuanya sama, asal harus sampai pada tingkatan
mahir.
Namun Sesungguhnya, menurut pikiran akan lebih baik, lebih bagus
terlihat jika para kaum muda Sunda mau mementingkan belajar terhadap kemajuan
kaeruhun Sunda (kemajuan bangsanya), sebab tentunya akan lebih terhujam
terasanya, lebih enank dipakainya, lebih indah terlihat, lebih cocok dengan apa
yang ada pada dirinya.
Puji Syukur Alhamdulillah, untuk di wilayah kabupaten Cianjur kebangkitan
Penca masih tetap disukai oleh umumnya generasi muda Sunda meskipun tidak
sampai mahir, namun menurut peri bahasa “saeluk elukeun” (sedikit sedikit)
sudah banyak yang bisa.
Buktinya di beberapa tempat di wilayah Cianjur sering kali terdengar kendang
penca, disertai dengan sorak sorai nya anak anak muda, apalagi itu dalam pesta
pora hajatan, hampir selamanya kendang penca tidak pernah tertinggal.
Semoga kedapan bukan hanya di wilayah cianjur, namun juga di tempat tempat
lain, dan di sekolah sekolah di ajarkan penca sebagai pengganti Gymnastik,
supaya kebankitan ini jelas majunya.
Kepada semua para Juragan yang namanya di sebut sebut dalam tulisan ini,
terutama yang masih hidup, mohon maaf yang sebesar besarnya bila ada kesalahan,
begitu juga kepada Juragan juragan yang sudah ahli dalam perkara penca, dan
tidak tersebutkan dalam karangan ini, saya mohon maaf, bahwa yang dimaksudkan
dalam paparan ini juga hanya menceritakan kisah aktor yang punya peran
dalam menyebarkan kebangkitan penca. Juga kepada yang lain juga hanya sekedar
yang terkait oleh jalan ceritanya saja.
wassalam
SELESAI